Minggu, 25 April 2010

Nasehat Untuk Putri Muslimah


Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bismillah hirohman nirohim.
Oleh:Ali Ath-Thanthawi

Wahai Puteriku .........
Putriku tercinta!!!
Aku seorang yang telah berusia hampir lima puluh tahun.
Hilang sudah masa remaja, impian dan khayalan.
Aku telah mengunjungi banyak negeri, dan berjumpa dengan banyak orang.
Aku juga telah merasakan pahit getirnya dunia.
Oleh karena itu dengarkanlah nasehat-nasehatku yang benar lagi jelas, berdasarkan pengalaman-pengalamanku, yang belum pernah engkau dengar dari orang lain sebelumnya.
Kami telah menulis dan mengajak kepada perbaikan moral,
menghapus kejahatan dan mengekang hawa nafsu, sampai pena
tumpul, dan mulut letih, tetapi kami tidak menghasilkan apa-apa.
Kemungkaran tidak dapat kami berantas, bahkan semakin
bertambah, kerusakan telah mewabah, para wanita keluar dengan
pakaian merangsang, terbuka bagian lengan, betis dan lehernya.
Kami belum menemukan cara untuk memperbaiki, kami belum
tahu jalannya. Sesungguhnya jalan kebaikan itu ada di depanmu,
putriku!!! Kuncinya berada di tanganmu.
Benar bahwa lelakilah yang memulai langkah pertama dalam
lorong dosa, tetapi bila engkau tidak setuju, laki-laki itu tidak akan
berani, dan andaikata bukan lantaran lemah gemulaimu, laki-laki
tidak akan bertambah parah.
Engkaulah yang membuka pintu, kau
katakan kepada si pencuri itu : silakan masuk … ketika ia telah
mencuri, engkau berteriak : maling …! Tolong … tolong… saya
kemalingan.
Demi Allah … dalam khayalan seorang pemuda tak melihat gadis
kecuali gadis itu telah ia telanjangi pakaiannya.
Demi Allah … begitulah, jangan engkau percaya apa yang
dikatakan laki-laki, bahwa ia tidak akan melihat gadis kecuali akhlak
dan budi bahasanya. Ia akan berbicara kepadamu sebagai seorang
sahabat.
Demi Allah … ia telah bohong! Senyuman yang diberikan
pemuda kepadamu, kehalusan budi bahasa dan perhatian, semua itu
tidak lain hanyalah merupakan perangkap rayuan ! setelah itu apa
yang terjadi? Apa, wahai puteriku? Coba kau pikirkan!
Kalian berdua sesaat berada dalam kenikmatan, kemudian
engkau ditinggalkan, dan engkau selamanya tetap akan merasakan
penderitaan akibat kenikmatan itu. Pemuda tersebut akan mencari
mangsa lain untuk diterkam kehormatannya, dan engakulah yang
menanggung beban kehamilan dalam perutmu. Jiwamu menangis,
keningmu tercoreng, selama hidupmu engkau akan tetap berkubang
dalam kehinaan dan keaiban, masyarakat tidak akan mengampunimu
selamanya.
Bila engkau bertemu dengan pemuda, kau palingkan muka, dan
menghindarinya. Apabila pengganggumu berbuat lancang lewat
perkataan atau tangan yang usil, kau lepaskan sepatu dari kakimu.

Wahai Putriku.....
lalu kau lemparkan ke kepalanya, bila semua ini engkau lakukan,
maka semua orang di jalan akan membelamu. Setelah itu anak-anak
nakal itu takkan mengganggu gadis-gadis lagi. Apabila anak laki-laki
itu menginginkan kebaikan maka ia akan mendatangi orang tuamu
untuk melamar.
Cita-cita wanita tertinggi adalah perkawinan. Wanita,
bagaimanapun juga status sosial, kekayaan, popularitas, dan
prestasinya, sesuatu yang sangat didamba-dambakannya adalah
menjadi isteri yang baik serta ibu rumah tangga yang terhormat.
Tak ada seorangpun yang mau menikahi pelacur, sekalipun ia
lelaki hidung belang, apabila ia akan menikah tidak akan memilih
wanita jalang (nakal), akan tetapi ia akan memilih wanita yang baik
karena ia tidak rela bila ibu rumah tangga dan ibu putera-puterinya
adalah seorang wanita amoral.
Sesungguhnya krisis perkawinan terjadi disebabkan kalian
kaum wanita! Krisis perkawinan terjadi disebabkan perbuatan wanita-wanita asusila, sehingga para pemuda tidak membutuhkan isteri,
akibatnya banyak para gadis berusia cukup untuk nikah tidak
mendapatkan suami. Mengapa wanita-wanita yang baik belum juga
sadar? Mengapa kalian tidak berusaha memberantas malapetaka ini?
Kalianlah yang lebih patut dan lebih mampu daripada kaum laki-laki
untuk melakukan usaha itu karena kalian telah mengerti bahasa
wanita dan cara menyadarkan mereka, dan oleh karena yang menjadi
korban kerusakan ini adalah kalian, para wanita mulia dan beragama.
Maka hendaklah kalian mengajak mereka agar bertakwa kepada
Allah, bila mereka tidak mau bertakwa, peringatkanlah mereka akan
akibat yang buruk dari perzinaan seperti terjangkitnya suatu
penyakit. Bila mereka masih membangkang maka beritahukan akan
kenyataan yang ada, katakan kepada mereka : kalian adalah gadis-gadis
remaja putri yang cantik, oleh karena itu banyak pemuda
mendatangi kalian dan berebut di sekitar kalian, akan tetapi apakah
keremajaan dan kecantikan itu akan kekal? Semua makhluk di dunia
ini tidak ada yang kekal. Bagaimana kelanjutannya, bila kalian sudah
menjadi nenek dengan punggung bungkuk dan wajah keriput? Saat
itu, siapakah yang akan memperhatikan? Siapa yang akan menaruh
simpati?
Tahukah kalian, siapakah yang memperhatikan, menghormati
dan mencintai seorang nenek? Mereka adalah anak dan para cucunya,
saat itulah nenek tersebut menjadi seorang ratu ditengah rakyatnya.
Duduk di atas singgasana dengan memakai mahkota, tetapi
bagaimana dengan nenek yang lain, yang masih belum bersuami itu?
Apakah kelezatan itu sebanding dengan penderitaan di atas? Apakah
akibat itu akan kita tukar dengan kelezatan sementara?
Dan berilah nasehat-nasehat yang serupa, saya yakin kalian
tidak perlu petunjuk orang lain serta tidak kehabisan cara untuk
Wahai Putriku...
menasehati saudari-saudari yang sesat dan patut dikasihani. Bila
kalian tidak dapat mengatasi mereka, berusahalah untuk menjaga
wanita-wanita baik, gadis-gadis yang sedang tumbuh, agar mereka
tidak menempuh jalan yang salah.
Saya tidak minta kalian untuk mengubah secara drastis
mengembalikan wanita kini menjadi wanita berkepribadian muslimah
yang benar, akan tetapi kembalilah ke jalan yang benar setapak demi
setapak sebagaimana kalian menerima kerusakan sedikit demi sedikit.
Perbaikan tersebut tidak dapat diatasi hanya dalam waktu
sehari atau dalam waktu singkat, malainkan dengan kembali ke jalan
yang benar dari jalan yang semula kita lewati menuju keburukan
walaupun jalan itu sekarang telah jauh, tidak menjadi soal, orang
yang tidak mau menempuh jalan panjang yang hanya satu-satunya
ini, tidak akan pernah sampai. Kita mulai dengan memberantas
pergaulan bebas, (kalaupun) seorang wanita membuka wajahnya tidak
berarti ia boleh bergaul dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Istri
tanpa tutup wajah bukan berarti ia boleh menyambut kawan suami
dirumahnya, atau menyalaminya bila bertemu di kereta, bertemu di
jalan, atau seorang gadis menjabat tangan kawan pria di sekolah,
berbincang-bincang, berjalan seiring, belajar bersama untuk ujian, dia
lupa bahwa Allah menjadikannya sebagai wanita dan kawannya
sebagai pria, satu dengan lain dapat saling terangsang. Baik wanita,
pria, atau seluruh penduduk dunia tidak akan mampu mengubah
ciptaan Allah, menyamakan dua jenis atau menghapus rangsangan
seks dari dalam jiwa mereka.

Wahai Putriku....
kepada kalian, putri-putriku, wahai putriku yang beriman dan
beragama! Putriku yang terhormat dan terpelihara ketahuilah bahwa
yang menjadi korban semua ini bukan orang lain kecuali engkau.
Oleh karena itu jangan berikan diri kalian sebagai korban iblis,
jangan dengarkan ucapan mereka yang merayumu dengan pergaulan
yang alasannya, hak asasi, modernisasi, emansipasi dan kehidupan
kampus. , mereka sama sekali tidak peduli dengan
kalian selain untuk pemuas kelezatan sementara. Sedangkan saya
adalah seorang ayah dari empat orang gadis. Bila saya membela
kalian, berarti saya membela putri-putriku sendiri. Saya ingin kalian
bahagia seperti yang saya inginkan untuk putri-putriku.
Sesungguhnya tidak ada yang mereka inginkan selain
memperkosa kehormatan wanita, kemuliaan yang tercela tidak akan
bisa kembali, begitu juga martabat yang hilang tidak akan dapat
ditemukan kembali.
Bila anak putri jatuh, tak seorangpun di antara mereka mau
menyingsingkan lengan untuk membangunkannya dari lembah
kehinaan, yang engkau dapati mereka hanya memperebutkan
kecantikan si gadis, apabila telah berubah dan hilang, mereka pun
lalu pergi menelantarkannya, persis seperti anjing meninggalkan
bangkai yang tidak tersisa daging sedikitpun.
Inilah nasehatku padamu, putriku. Inilah kebenaran. Selain ini
janganlah engkau percayai. Sadarlah bahwa di tanganmulah, bukan
di tangan kami kaum laki-laki, kunci pintu perbaikan. Bila mau
perbaikilah diri kalian, dengan demikian umat pun kan menjadi baik.

(wallahul musta’an).


Sumber:ISLAM HOUSE
Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.