Kamis, 10 September 2009

Mata Terjaga, Hati Terpelihara

Isu pornografi dan pornoaksi masih Terus bergulir.
Majalah-majalah yang mengandung unsur pornografi dituntut untuk tak terbit lagi. Dukungan terhadap RUU Anti pornografi dan pornoaksi terus mengalir, menuntut untuk segera disahkan.
Pornografi dan pornoaksi berhubungan erat dengan maksiat inderawi terutama penglihatan. Mata adalah indera yang pertama kali menangkap materi-materi pornografi dan pornoaksi.
Mata adalah yang pertama kali melakukan kejahatan dengan melihat hal-hal yang diharamkan. Dari mata, setan akan melanjutkan tipu dayanya ke bagian tubuh yang lain, terutama kepada pengendali seluruh anggota badan, yaitu hati. Karena itu, menjaga pandangan adalah hal yang diperintahkan dalam Islam.
Kesucian hati amat berhubungan dengan masalah menjaga pandangan.

Allah memberikan predikat lebih suci bagi orang yang menjaga pandangannya.“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat” (An Nur: 30)

Menjaga pandangan dari hal-hal yang diharamkan Allah memberikan tiga manfaat yang besar dan mulia. Ketiga manfaat itu adalah manis dan lezatnya iman, cahaya hati dan kebenaran firasat, serta timbulnya kekuatan, keteguhan, dan keberanian hati.
Manis dan Lezatnya Iman

Orang yang menahan pandangannya dari yang diharamkan Allah maka hatinya akan diberikan kemanisan iman yang lebih baik daripada mendapatkan manisnya apa yang ia pandang. Hal ini termasuk dalam keumuman hadits Rasulullah ,“Siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik dari padanya.”
(Riwayat Ahmad)

Mata adalah utusan hati. Dari pandangan timbullah hubungan antara hati dengan apa yang dilihat oleh mata. Hubungan itu akan menguat sehingga menjadi kerinduan yang menggelisahkan dan menyibukkan dirinya. Keadaan terakhir yang terburuk dari hati yang terkena panah pandangan ini adalah penyembahan terhadap cinta.

Hati yang diuji dengan hal ini adalah hati yang kosong dari cinta kepada Allah . Sesungguhnya hati mesti bergantung kepada sesuatu yang dicintainya. Barang siapa yang tidak menjadikan Allah semata sebagai yang dicintai, maka hatinya akan menyembah kepada selain-Nya.
Betapa menyedihkan keadaan hati yang seperti ini.
Maka orang yang diberi Allah petunjuk untuk mencegah pandangannya adalah orang yang beruntung sebab terhindar dari malapetaka ini.
Hatinya tidak akan lagi resah dan gelisah, serta mendapatkan kenikmatan iman.

Cahaya Hati dan Kebenaran Firasat
Allah menyebutkan kisah kaum Luth,“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Kami) bagi para mutawassimin.” (Al Hijr: 75)
Ibnul Qayyim menulis dalam Ighatsatul Lahfan, “Mutawasssimin adalah para ahli firasat yang selamat dari pandangan yang diharamkan dan pandangan yang keji.”
Ibnul Qayyim juga menghubungkan antara perintah Allah untuk menjaga pandangan dalam surat An Nur dengan ayat setelahnya,“Allah (pemberi) cahaya langit dan bumi.” (An Nur: 35)
Berikut perkataannya, “Rahasia semua ini adalah bahwasanya balasan itu sesuai dengan jenis amal perbuatan. Maka barangsiapa yang menahan diri dari memandang yang diharamkan Allah, niscaya Allah akan menggantinya dengan yang sejenis, yang lebih baik daripadanya. Sebagaimana ia menahan cahaya pandangannya dari hal-hal yang diharammkan, maka Allah membuat cemerlang cahaya pandangan dan hatinya, sehingga dengannya ia melihat apa yang tidak bisa dilihat orang yang liar pandangannya dan tidak menahan dari apa yang diharamkan oleh Allah .”

Kekuatan, Keteguhan, dan Keberanian Hati
Dalam sebuah atsar disebutkan, “Sesungguhnya orang yang menyelisihi hawa nafsunya, maka setan takut dan lari dari naungannya.”Orang yang menjaga dirinya dari maksiat, maka Allah l akan mengaruniakannya sebuah hati yang kuat, teguh, dan berani. Hati yang tak berhubungan dengan mata yang liar akan mendapatkan sifat-sifat mulia. Sebaliknya, orang yang mengikuti hawa nafsunya akan mempunyai jiwa yang hina, rendah, dan nista. Di dalam jiwa yang rendah ini bercokollah hati yang lemah. Allah hanya menjadikan kemuliaan pada orang yang menaati-Nya dan kehinaan kepada orang yang mengingkari-Nya.
Allah befirman, yang artinya:“Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang yang beriman.” (Ali Imran: 139)

Siapa yang mencari kemaksiatan bagi hatinya, maka Allah akan enggan, kecuali Allah jadikan hina orang yang mendurhakai-Nya. Allah l akan mengasihi orang yang taat kepada-Nya. Sedangkan orang yang Dia kasihi tidak akan Dia hinakan, sebagaimana tersebut dalam doa qunut,“Sesungguhnya tidaklah hina orang yang Engkau kasihi dan tidaklah mulia orang yang Engkau musuhi.” (Riwayat Abu Daud, An-Nasa’I, shahih)
Karena mata adalah utusan hati, maka besarlah pengaruh mata terhadap kesehatan hati. Manfaat penjagaan pandangan sangat berkaitan erat dan langsung berhubungan dengan hati. Mata yang terjaga akan menghasilkan hati yang bebas dari kegelisahan rindu. Mata yang terjaga akan menimbulkan cahaya dalam hati. Dengan mata yang terjaga pula, akan didapat hati yang kuat, teguh, dan berani. Maka, peliharalah pandangan, Allah l akan memelihara hati kita. (ibnu abihi)

Sumber:http://abuyahya8211.wordpress.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.