Sabtu, 07 Agustus 2010

Nasehat


Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani Rohimahulloh :

“Aku nasehatkan untuk saya pribadi khususnya dan untuk saudara-saudaraku kaum muslimin pada umumnya agar bertaqwa kepada Allah. Diantara bagian-bagian taqwa yang akan aku nasehatkan adalah.

Pertama, Hendaklah kalian menuntut ilmu syar’i dengan ikhlash karena Allah, janganlah ada tujuan-tujuan yang lain seperti mengharapkan sesuatu balasan, ucapan terima kasih atau senang tampil di muka umum.

Kedua, diantara penyakit yang menimpa para penuntut ilmu syar’i adalah ujub dan lupa daratan. dia merasa sudah memiliki ilmu cukup sehingga berani berpendapat sendiri tanpa mengambil bantuan dan
penjelasan ulama’ salaf.Sebagaimana mereka tidak bersyukur kepada Allah yang telah memberikan taufiq kepada mereka, berupa ilmu yang benar dan adab-adabnya, bahkan mereka tertipu dengan diri mereka sendiri dan mereka
menyangka bahwa mereka telah memiliki kemapanan ilmu sehingga muncul dari mereka pendapat-pendapat yang mengguncangkan, tidak dilandasi dengan pemahaman yang benar berlandaskan alKitab dan as-Sunnah. Maka nampaklah pendapat-pendapat ini dari pemikiran-
pemikiran yang tidak matang, mereka menyangka bahwa fatwa-fatwa tersebut adalah ilmu yang diambil dari al-Kitab dan as-Sunnah.
Maka, mereka sesat dengan pemikiran-pemikiran tersebut dan menyesatkan banyak manusia, dan kalian mengetahui semuanya diantara dampak negatif dari fenomena tadi adalah munculnya kelompok-
kelompok di sebagian negeri kaum muslimin mengkafirkan kelompok-kelompok lainnya dengan alasan-alasan yang dibuat-buat, tidak bisa kami kemukakan dalam kesempatan yang singkat ini, karena pertemuan kami ini sekarang khusus sedang memberikan peringatan dan nasehat kepada para penuntut ilmu dan juru da’wah, oleh karena itu saya nasehatkan saudara-
saudara kami dari ahli sunnah dan ahli hadits di seluruh negeri islam agar mereka sabar dalam menuntut ilmu, dan agar mereka tidak tertipu dengan ilmu yang mereka miliki sekarang.
Mereka harus mengikuti jalan
yang telah digariskan, jangan
sekali-kali mereka bersandar dengan mengandalkan semata-mata pemahaman mereka atau mereka beri nama dengan ijtihad mereka.
Saya sering sekali mendengar dari saudara-saudara kami mereka mengatakan dengan sangat mudahnya, “saya berijtihad” atau “saya berpendapat demikian” tanpa memikirkan akibat-
akibat yang ditimbulkan dari ucapan-ucapannya.
Mereka tidak mengambil bantuan dari kitab-kitab fiqh dan hadits serta pemahaman ulama terhadap kitab-kitab tersebut. Yang ada hanya hawa nafsu dan pemahaman yang dangkal dalam menggunakan dalil, sedangkan penyebabnya adalah ujub dan lupa daratan. Oleh karena itu,sekali lagi aku nasehatkan kepada para penuntut ilmu agar menjauhi segala akhlak yang tidak islami, diantaranya agar mereka tidak tertipu oleh ilmu yang telah didapatkannya serta tidak tergelincir ke dalam ujub.

Ketiga, terakhir, agar mereka menasehati manusia dengan cara yang lebih baik,
menjauhi cara-cara yang kasar dan keras dalam berdakwah karena Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman, “Serulah(manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.” (QSan-Nahl : 125)


Allah berfirman dengan ayat tadi karena kebenaran itu sendiri berat atas manusia atau menerimanya, dan berat
atas jiwa-jiwa mereka, oleh karena itu secara umum jiwa manusia sombong untuk menerimanya, 

kecuali sedikit orang yang dikehendaki Allah untuk langsung menerimanya.

 Apabila beratnya kebenaran itu atas jiwa manusia ditambah dengan beratnya cara berupa kekasaran dalam da’wah,maka itu berarti menjadikan manusia lari dari kebenaran.
 Kalian tentu mengetahui sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam:
“Sesungguhnya di antara kalian ada orang-orang yang membuat orang lari (dari kebenaran).

  Beliau mengulanginya tiga kali.
Sebagai penutup, saya memohon kepada Allah Ta’ala agar jangan menjadikan kami sebagai orang-orang yang membuat orang lain lari dari kebenaran, akan tetapi jadikanlah kami sebagai orang-orang yang memiliki hikmah dan orang-orang yang mengamalkan alQur’an dan as-Sunnah.

Disarikan dari Hayatul
Albany, Juz I hal. 452-455
oleh Ustadz Fariq Goshim
Anuz dalam Buku beliau, Fikih Nasehat, diterbitkan oleh Darul Falah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.